Quantcast
Channel: Blog e Manik Arum » cicak
Viewing all articles
Browse latest Browse all 10

Mental pengemis

$
0
0

“‘kawanmu artis semua?’
‘keluargaku kan kaya tujuh turunan’
‘kamu kok ngemis?’
‘aku keturunan kedelapan’”

Itu celotehan cicak menirukan salah satu iklan tv. “Jadi…..kalau mau berkawan dengan artis harus punya keluarga kaya? Atau yang namanya artis hanya mau berkawan dengan orang yang berasal dari keluarga kaya? Atau kalau mau jadi artis harus jadi orang kaya dulu atau orang miskin dilarang jadi artis?”

“Itu kan cuma iklan cak…loe kayak gak tau aja kalo yang namanya iklan itu isinya sampah semua.”

“Iya sihh…tapi biar sampah kalo ditata agak indah kan agak tenang dilihatnya dan harum dibaunya, seperti iklan yang mengatakan ‘menjalani hidup sepenuhnya di luar berawal dari dalam’.”

“emang tai lo…bau…”

“selain itu choy….masak di sekuel kedua iklan itu pengemis digambarkan masih muda muda dan masih layak kerja? ini kan gak bener!!! seperti inikah potret generasi muda indonesia, mengemis dijadikan mata pencaharian??”

“Lho..kenapa gak cak? gak semua orang mau dan punya nyali untuk mengemis. Mengemis itu butuh keberanian yang luar biasa untuk menyingkirkan rasa malu, harus bisa membuang rasa gengsi dan ingin pamer. Dan yang penting biar gak jadi maling atau bromocorah. Sekarang coba bayangin…apakah selama ini negara menjamin setiap warganya untuk mendapat pekerjaan yang layak? Mereka harus berjuang sendiri untuk mencari kerja, dan untuk mendapat pekerjaan yang bisa membuat hidup mapan dibutuhkan pendidikan yang memadai, sedangkan sekolah yang bagus itu mahal. Hanya orang berduit yang bisa mendapat pendidikan yang bagus. Lha terus gimana donk? Di sini ilmu dan moral tu gak penting, yang penting ijazah. Jadi gak salah juga kan kalo banyak pengemis di sekitar kita?? Yang udah punya pekerjaan mapan aja banyak yang masih bermental pengemis kok….lebih suka diberi daripada memberi.”

“Iya….lo contohnya!!!”

“Tau aja sih lo!!!!”

Baca juga ya...


Viewing all articles
Browse latest Browse all 10